Buddha Avatamsaka
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Go down
avatar
Admin
Admin
Posts : 186
Join date : 2019-05-04
https://avatamsaka.forumotion.asia

Arya Bhagavato Bhaisajya Guru Vaidūrya Prabha Rāja Pūrvapranidhāna Visesa Vistara Nāma Mahāyāna Sūtram Empty Arya Bhagavato Bhaisajya Guru Vaidūrya Prabha Rāja Pūrvapranidhāna Visesa Vistara Nāma Mahāyāna Sūtram

Sun May 05, 2019 2:51 pm
Arya Bhagavato Bhaisajya Guru Vaidūrya Prabha Rāja Pūrvapranidhāna Visesa Vistara Nāma Mahāyāna Sūtram Bhaisajya%20Guru%20Vaidurya%20Prabha%20Raja%20Tathagata
Arya Bhagavato Bhaisajya Guru Vaidūrya Prabha Rāja Pūrvapranidhāna Visesa Vistara Nāma Mahāyāna Sūtram

Arya Bhagavato Bhaisajya Guru Vaidūrya Prabha Rāja Pūrvapranidhāna Visesa Vistara Nāma Mahāyāna Sūtram Namah%20Sarva%20Buddha%20Bodhisattvebhyah
Om Namah Sarvajñāya | Namo Bhagavate Bhaisajya Guru Vaidūrya Prabha Rājāya Tathāgatāya

Demikianlah telah kudengar, pada satu waktu, sang Bhagavān sedang berjalan kaki ke kota untuk mengajar, lalu tiba di kota besar Vaiśālī. Sekarang di tempat itu, sang Bhagavān tinggal berdiam di Vaiśālī, di bawah pohon yang bersuara musik, bersama dengan jumlah besar Bhiksu samgha sebanyak delapan ribu Bhiksu, bersama dengan tiga puluh enam ribu Bodhisattva, bersama dengan para raja, menteri, brāhmana, grhapati. Perkumpulan majelis dari para deva, nāga, yaksa, gandharva, āsura, garuda, kinnara, mahoraga, manusyā, dan makhluk bukan manusia mengelilingi-Nya dengan penuh hormat demi pengajaran Dharma-Nya.

Kemudian Mañjuśrī, sang putra dari Raja Dharma (dharmarājaputro), melalui kekuatan sang Buddha (buddhānubhāvena), bangkit dari tempat duduk-Nya, mengatur jubah atas-Nya, menempatkan lutut kanannya ke tanah, menggabungkan telapak tangannya bersama-sama beranjali kearah sang Bhagavān, dan berkata kepada sang Bhagavanta : "Ajarkanlah, Bhagavan, nama dari para Tathāgatā, pembagian yang luas dari sumpah masa lampau Mereka (pūrvapranidhānavistaravibhangam), agar orang-orang yang mendengarnya termurnikan semua rintangan karmanya (sarvakarmāvaranāni viśodhayema), agar pada waktu terakhir, di saat-saat terakhir, pada masa kerusakan Saddharma, para makhluk hidup mendapatkan pertolongan."

Kemudian sang Bhagavān berseru memuji sang Mañjuśri Kumārabhūtā : "Sangat baik! Sangat baik Manjusri ! Anda berbelas kasih besar Manjusri ! Anda, setelah menghasilkan belas kasih yang tidak terbatas, memohon ini demi manfaat, keuntungan, kebahagiaan para makhluk yang terhalangi oleh rintangan karma, dan demi kesejahteraan para Deva dan manusya. Oleh karena itu, Anda, Manjusri, dengarlah dan pusatkanlah pikiran dengan baik, Saya akan berbicara."

"Begitulah, Bhagavan." Mañjuśri Kumārabhūtā mendengar sang Bhagavatah.

Sang Bhagavān berkata kepada Dia : "Ada, Manjusri, di penjuru timur dari Buddhaksetra ini, setelah melewati Buddhaksetra yang banyaknya sebanding dengan butiran pasir dari sepuluh sungai gangga (daśagangānadīvālukāsamāni buddhaksetrānyatikramya),  sistem dunia yang bernama Tampilan Yang Sama Dengan Permata Biru (vaidūryanirbhāsā nāma lokadhātuh). Di sana ada Tathāgata Arhan Samyaksambuddho yang bernama Guru Obat Cahaya Permata Biru (bhaisajya-guru-vaidūrya-prabho) sedang tinggal berdiam, yang Sempurna Pikiran dan Perbuatan (vidyācaranasampannah), yang Terbahagia (sugato), yang Mengetahui Dunia (lokavida), sang Penjinak Nafsu Makhluk Yang Tiada Tandingan (anuttarah purusadamyasārathi), sang Guru para dewa manusia (śāstā devānām manusyānām), yang Tercerahkan (buddho), yang Mulia (bhagavān = Makhluk Tertinggi atau salah satu gelar Tuhan dalam kitab brahmana veda, = Yang Unggul). Lagi, Manjusri, saat sang Bhagavato Bhaisajya Guru Vaidūrya Prabha Tathāgata menjalani jalan Bodhisattva (bodhisattvacārikām carata) di masa lampau, dua belas Mahā Pranidhānā dibuat. Apa dua belas Mahā Pranidhānā ini?"

"Yang pertama dari Mahā Pranidhānā-Nya adalah : 'Ketika Saya, di masa depan, mencapai Anuttarā Samyaksambodhi Abhisambudha, maka pada saat itu, dengan kecemerlangan tubuh Saya menyinari dan menerangi sistem dunia yang tidak terukur, tidak terhitung, tidak terbatas. Karena Saya dilengkapi dengan tiga puluh dua tanda dari Mahā Purusa dan tubuh yang dihiasi dengan delapan puluh tanda tambahan, semua makhluk bisa menjadi begitu juga.'"

"Yang kedua dari Mahā Pranidhānā-Nya adalah : 'Ketika Saya, di masa depan, mencapai Anuttarā Samyaksambodhi Abhisambudha, maka setelah menyelesaikan Bodhi, tubuh Saya luar dan dalam seluruhnya termurnikan (antarbahiratyantapariśuddho) sama seperti permata Vaidūrya yang tidak ternilai harganya (anarghavaidūryamaniriva), mungkin memiliki cahaya yang tanpa noda (vimalaprabhāsampannah syāt), seperti tubuh yang sangat luas (vipulakāyastadupamena) yang didirikan dengan kecemerlangan (tejas) dan kilauan (śriyā). Jaring sinarnya melampaui matahari dan bulan; makhluk apapun yang lahir di lokadhātu, juga orang-orang, di malam hari, di kegelapan malam bisa pergi ke berbagai arah. Di semua penjuru, yang tersentuh oleh cahaya Saya, akan melakukan perbuatan kebajikan."

"Yang ketiga dari Mahā Pranidhānā-Nya adalah : 'Ketika Saya, di masa depan, mencapai Anuttarā Samyaksambodhi Abhisambudha, maka setelah menyelesaikan Bodhi, para makhluk dari Saya, melalui dipenuhi dengan kekuatan dari kebijaksanaan dan cara yang tidak terbatas (aprameyaprajñopāyabalādhānena), akan ada demi memuaskan kesenangan dan kenikmatan yang tidak terukur di dunia makhluk hidup; Mungkin tidak ada cacat pada makhluk hidup apapun."

"Yang keempat dari Mahā Pranidhānā-Nya adalah : 'Ketika Saya, di masa depan, mencapai Anuttarā Samyaksambodhi Abhisambudha, maka setelah menyelesaikan Bodhi, para makhluk yang menjalani jalan yang buruk (kumārgapratipannāh), yang menjalani jalan Pendengar (śrāvakamārgapratipannāh), juga yang menjalani jalan Buddha penyendiri (pratyekabuddhamārgapratipannāśca), para makhluk itu akan diarahkan menuju ke Mahāyāna, sang Jalan Bodhi Yang Tiada Tanding (anuttare bodhimārge mahāyāne)."

"Yang kelima dari Mahā Pranidhānā-Nya adalah : 'Ketika Saya, di masa depan, mencapai Anuttarā Samyaksambodhi Abhisambudha, maka setelah menyelesaikan Bodhi, para makhluk dari Saya, melalui ajaran Saya, menjalani brahmacarya, mereka semua menjadi yang memiliki disiplin-moral yang tidak rusak (akhandaśīlāh), terlindungi dengan baik (susamvrtāh). Siapapun yang disiplin-moralnya telah hancur (śīlavipannasya), akan tidak mungkin, setelah mendengar nama Saya (mama nāmadheyam śrutvā), pergi ke takdir jahat (durgatigamanam)."

"Yang keenam dari Mahā Pranidhānā-Nya adalah : 'Ketika Saya, di masa depan, mencapai Anuttarā Samyaksambodhi Abhisambudha, maka setelah menyelesaikan Bodhi, para makhluk dari Saya yang bertubuh cacat, yang inderanya cacat, yang berwarna buruk, yang bisu-tuli, yang pincang, yang punggungnya bungkuk, yang berkusta, yang terpotong, yang buta, yang tuli, yang gila, dan yang lainnya yang ada penyakit di tubuh, setelah mendengar nama Saya, semuanya menjadi berindera lengkap (sakalendriyāh) dan beranggota tubuh yang lengkap (suparipūrnagātrā)."

"Yang ketujuh dari Mahā Pranidhānā-Nya adalah : 'Ketika Saya, di masa depan, mencapai Anuttarā Samyaksambodhi Abhisambudha, maka setelah menyelesaikan Bodhi, para makhluk dari Saya yang tersiksa oleh berbagai macam penyakit, yang tanpa pertahanan, yang tanpa perlindungan, yang terpisah dari peralatan dan obat, yang tiada pelindung, yang miskin, yang sedih, jika nama Saya turun ke telinga mereka, semua penyakit mereka tersembuhkan (tesām sarvavyādhayah praśameyuh), dan menjadi sehat (nīrogāśca), dan menjadi terbebas dari bahaya (nirupadravāśca), hingga mereka memahami Kebangkitan (te syuryāva bodhiparyavasānam)."

"Yang kedelapan dari Mahā Pranidhānā-Nya adalah : 'Ketika Saya, di masa depan, mencapai Anuttarā Samyaksambodhi Abhisambudha, maka setelah menyelesaikan Bodhi, maka perempuan manapun yang menderita oleh ratusan berbagai macam kekurangan perempuan (nānāśtrīdosaśataih samlkistam), yang membenci keberadaan sebagai perempuan (strībhāvam vijugupsitam), dan ingin terbebas dari berkelamin perempuan (mātrgrāmayonim ca parimoktukāmo), melalui mempertahankan nama Saya (mama nāmadheyam dhārayet), untuk perempuan itu tidak akan berkeberadaan sebagai perempuan (tasya mātrgrāmasya na strībhāvo bhavet), hingga memahami Kebangkitan (yāva bodhiparyavasānam)."

"Yang kesembilan dari Mahā Pranidhānā-Nya adalah : 'Ketika Saya, di masa depan, mencapai Anuttarā Samyaksambodhi Abhisambudha, maka setelah menyelesaikan Bodhi, semua makhluk yang terikat oleh ikatan jerat Mara (sarvasattvān mārapāśabandhanabaddhān), yang tiba di jalan sempit yang tak bisa dilewati dari berbagai jenis pandangan salah (nānādrstigahanasamkataprāptān), yang menuju ke semua jerat pandangan salah dari Mara (sarvamārapāśadrstigatibhyo), menjadi berbalik kembali (vinivartya), terperintahkan dengan pandangan yang benar (samyagdrstau niyojya), menyaksikan jalan Bodhisattva dari awal sampai akhir (ānupūrvyena bodhisattvacārikām samdarśayeyam)."

"Yang kesepuluh dari Mahā Pranidhānā-Nya adalah : 'Ketika Saya, di masa depan, mencapai Anuttarā Samyaksambodhi Abhisambudha, maka setelah menyelesaikan Bodhi, beberapa makhluk dari Saya yang cemas dan takut pada raja (rājādhibhayabhītāh), atau yang tertangkap dan terikat oleh ikatan (bandhanabaddhāvaruddhāh), di hukum mati (vadhārhā), tertekan oleh banyak kecurangan (anekamāyābhirupadrutā), dan dilecehkan (vimānitāśca), terluka oleh penderitaan dari tubuh, ucapan dan pikiran (kāyikavācikacaitasikaduhkhairabhyāhatāh), melalui mendengar nama Saya dan melalui kekuatan kebajikan-Ku (te mama nāmadheyasya śravanena madīyena punyānubhāvenasca), terbebaskan dari semua bencana dan ketakutan (sarvabhayopadravebhyah parimucyeran)."

"Yang kesebelas dari Mahā Pranidhānā-Nya adalah : 'Ketika Saya, di masa depan, mencapai Anuttarā Samyaksambodhi Abhisambudha, maka setelah menyelesaikan Bodhi, para makhluk Saya yang terbakar oleh api kelaparan (ksudhāgninā prajvalitāh), yang bermaksud mencari minuman dan makanan (āhārapānaparyestyabhiyuktāh), yang oleh karena itu melakukan kejahatan (tannidānam pāpam kurvanti), jika mereka mempertahankan nama-Ku, Saya akan mengenyangkan tubuh mereka dengan makanan yang diberkahi oleh warna, wangi dan rasa."

"Yang keduabelas dari Mahā Pranidhānā-Nya adalah : 'Ketika Saya, di masa depan, mencapai Anuttarā Samyaksambodhi Abhisambudha, maka setelah menyelesaikan Bodhi, beberapa makhluk Saya yang tidak punya pakaian (vasanavirahitā), miskin (daridrāh), yang tertekan oleh kedinginan - kepanasan - sengatan nyamuk (śītosnadamśamaśakrairupadrutā), yang di malam dan di siang hari mengalami penderitaan (rātrimdivam duhkhamanubhavanti), jika mereka mempertahankan nama-Ku (sacet te mama nāmadheyem dhārayeyuh), Saya akan mengumpulkan pakaian dan nafkah hidup untuk mereka (aham tesām ca vastraparibhogamupasamhareyam), menghadiahkan kesenangan banyak warna dan corak (nānārangai raktāmśca kāmānupanāmayeyam), sepenuhnya mengabulkan semua keinginan dari semua makhluk dengan berbagai macam perhiasan yang terbuat dari permata - wewangian - karangan bunga - salep - musik dari turya dan tadavacara (vividhaiśca ratnābharana-gandha-mālya-vilepana-vādyatūryatādāvacaraih sarvasattvānām sarvābhiprāyān paripūrayeyam)."

"Inilah dua belas ikrar besar, Mañjuśrīh, yang telah dibuat oleh sang Bhagavān Bhaisajyaguruvaidūryaprabha Tathāgata Arhan Samyaksambuddha di masa lalu saat menjalani jalan Bodhi."

"Lebih lanjut lagi, Mañjuśrīh, adalah tidak mungkin di dalam kalpa dan sisa dari kalpa mencapai akhir dari susunan kebajikan wilayah Buddha (buddhaksetragunavyūha) dan ikrar (pranidhāna) dari sang Bhagavato Bhaisajyaguruvaidūryaprabhasya Tathāgata. Wilayah Buddha itu sempurna kemurniannya (suviśuddham tad buddhaksetram), tiada batu (śilā), pasir (śarkara), kerikil (kathalya); tiada berahi (kāma) dan kebencian (dosa); tiada kata 'menderita' dan 'tidak beruntung' (āpāyaduhkhaśabda); tiada perempuan (mātrgrāma). Bumi yang besar itu sepenunya terbuat dari Vaidūrya (vaidūryamayī ca sā mahāprthivī), dengan dinding (kudya), benteng (prākāra), istana (prāsāda), gerbang melengkung (torana), jeruji (gavāksajāla), menara kecil (niryūha) yang terbuat dari tujuh permata (saptaratnamayī), sama seperti sukhāvatī (yadrśī sukhāvatī) begitulah sistem dunia itu (lokadhātustādrśī). Di Sistem Dunia Vaidūryanirbhāsā itu, ada dua Bodhisattva Mahāsattva yang adalah pemimpin (pramukhau) dari para Bodhisattvā Mahāsattvā yang tidak terbatas dan tidak terhitung (aprameyānāmasamkhyeyānā), yang pertama bernama Sūryavairocana, yang kedua bernama Candravairocana, yang menyokong gudang Dharma yang menakjubkan (saddharmakośam dhārayatah) dari sang Bhagavato Bhaisajyaguruvaidūryaprabha Tathāgata. Oleh karena itu, maka Mañjuśrīh, dengan keyakinan (śrāddhena), para kulaputra dan kuladuhitrā harus membuat ikrar untuk lahir di Buddhaksetra itu."

Kemudian sang Bhagavān kembali berkata kepada Mañjuśri Kumārabhūta : "Ada, Mañjuśrī, para makhluk yang bodoh (prthagjanāh sattvāh), yang tidak tahu perbuatan yang baik dan yang buruk (ye na jānanti kuśalākuśalam karma), mereka dikuasai oleh ketamakan (te lobhābhibhūtā), tidak tahu memberi sumbangan dan hasil matangnya yang besar (ajānanto dānam dānasya ca mahāvipākam), yang bodoh dan paling sembrono (bālāgramūrkhāh), yang cacat indera dan keyakinan (śraddhendriyavikalā), yang bermaksud mengumpulkan kekayaan benda (dhanasamcayaksanābhiyuktāh), dan juga pikiran mereka tidak mengarah ke membagikan sumbangan (na ca dānasamvibhāge tesām cittam kramate), saat menyumbang (dānakāle) seolah-olah merasa memotong daging tubuh sendiri (upasthite svaśarīramamsacchedane iva), juga pikirannya menjadi (menderita) begitu (vā manaso (duhkham) bhavati). Sangat banyak juga para mahkluk yang tidak menikmati untuk diri mereka sendiri (aneke ca sattvām ye svayameva na paribhuñjanti), apalagi (prāgeva) memberikannya kepada Ibu-Ayah-Istri-Putrinya (mātāpitrbhāryāduhitrnām dāsyanti), apalagi kepada Budak-Orang Pengangguran (prāgeva dāsadāsīkarmakarānām), apalagi kepada para pengemis yang lain (prāgevānyesām yācakānām). Siapapun makhluk itu (te tādrśāh sattvā), meninggal dari sini (itaścyutvā), akan terlahir di alam hantu kelaparan atau alam binatang (pretaloke upapatsyante tiryagyonau vā). Bagi yang sebelumnya terlahir sebagai manusia (yaih pūrvam manusyabhūtaih), akan menjadi terdengar kepadanya nama dari sang bhagavato bhaisajyaguruvaidūryaprabha tathāgata (śrutam bhavisyati tasya bhagavato bhaisajyaguruvaidūryaprabhasya tathāgatasya nāmadheyam), dan mereka yang menghuni dunia yama (akhirat) juga yang menghuni alam binatang (tatra tesām yamalokasthitānām tiryagyonisthitānām vā), kepadanya nama dari sang tathāgata akan menjadi hadir terdengar (tasya tathāgatasya nāma susammukhībhavisyati). Dengan mampu sendiri mengingatnya, meninggal dari sini akan kembali terlahir di alam manusia (saha smaraṇamātreṇa ataścyutvā punarapi manuṣyaloke upapatsyante), dan akan mengingat kelahiran lampaunya (jātismarāśca bhaviṣyanti). Dengan mampu sendiri mengingatnya, meninggal dari sini akan kembali terlahir di alam manusia (saha smaraṇamātreṇa ataścyutvā punarapi manuṣyaloke upapatsyante), dan akan mengingat kelahiran lampaunya (jātismarāśca bhaviṣyanti). Mereka semua ketakutan takut pada kelahiran buruk (te te durgatibhayabhītā), tidak akan kembali berhasrat pada objek nafsu indera (na bhūyaḥ kāmaguṇebhirarthikā bhaviṣyanti), akan menjadi berhasrat menyumbang (dānābhiratāśca bhaviṣyanti) dan juga pemuji dari menyumbang (dānasya ca varṇavādinaḥ). Lebih lanjut, meninggalkan semuanya secara bertahap (sarvamapi parityāgenānupūrveṇa),
Back to top
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum